VISI DAN MISI
BAKAL CALON KADES DESA JUBANG
Add caption |
VISI
Terwujudnya tata kelola pemerintahan
desa yang baik dan terbuka guna mewujudkan Desa Jubang yang adil, Aman, Makmur,
dan Sejahtera.
KOMITMEN
“Madep Mantep mBangun Desa”
MISI
- Melaksanakan tugas dan kewajiban kepala desa di depan
masyarakat secara terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Menjalankan roda pemerintahan desa
di depan masyarakat dengan semangat sesuai fungsi dan kewajiban masing-masing.
3. Menciptakan
rasa aman dan tentram dalam suasana kehidupan masyarakat desa yang demokrasi
dan agamis.
4. Menjalin kerjasama yang lebih kuat
dengan mitra kerja di desa
5. Meningkatkan pendidikan di desa.
6. Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Madep Mantep mBangun Desa Jubang
yang Maju dan Berkembang
Oleh : Muhaemin
( Bakal Calon Kades Desa Jubang Thn 2013-2018)
Assalamua'laikum Warohmatullahi Wabarakatuh.
Semoga Allah selalu meridhoi cita-cita kita menuju perbaikan nasib, karena kitalah yang harus merubah nasib kita sendiri. Sholawat dan salam kita sanjungkan kepada Rasul Allah Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan tentang kegigihan dalam merubah nasib dirinya sendiri dan merubah nasib umatnya dari dunia jahiliyah menjadi umat islam yang cemerlang.
Melalui media ini, saya ingin menyampaikan inti alasan mengapa saya maju mencalonkan diri saya menjadi Kepala Desa. Semoga bisa dipahami oleh masyarakat dan menjadi lebih terang benderang soal alasan saya ini.
Saya selalu melihat ke dalam diri saya sendiri. Setiap selesai sholat, atau menjelang tidur, saya selalu mengingat siapa saya sesungguhnya. Dan jawaban yang saya temukan selalu sama. Saya Ternyata Bukan Siapa-siapa. Dilarik ke atas, Saya bukan anak keturunan siapa-siapa. Saya hanya mahluk ciptaaNya yang lahir dari bapak Warsun, seorang petani miskin dan ibu Sumiri, seorang pedagang kecil sekaligus ibu dari 7 anak. Kedua-duanya adalah orang tua yang tangguh, pekerja keras. Mereka hanya pahlawan bagi saya dan saudara-saudara saya.
Darinya kedua orang tua, saya mewarisi sifat kerjakerasnya. saya tidak mewarisi ketokohannya, saya tidak mewarisi kekayaannya. Saya hanya seorang anak muda. Anak muda yang kebetulan sudah pernah mewakili nasib para pemuda dan masyarakat Jubang pada umumnya.
Bertahun-tahun saya mengadu untung, mencari rejeki di Kota Jakarta. Sama persis dengan yang dilakukan ratusan anak muda dan masyarakat desa Jubang di berbagai kota di Indonesia. Saya menjadi sangat memahami bagaimana kawan-kawan para perantau asal Desa Jubang menjalani kehidupannya di kota, dan bagaimana keadaan keluarganya di Jubang.
Saya pernah menjadi TKI. Pengalaman paling pahit dalam kehidupan saya. Kalo mau mati, matilah saya di penjara Arab Saudi. Namun Alhamdulillah, Allah SWT masih memberi umur kepada saya. Kepedihan yang saya alami, membuat saya bisa memahami dan bisa merasakan bagaimana sulitnya perjuangan mencari rejeki di negeri orang.
Saya biasa berkubang lumpur, glopot, blusukan luruh banyu tengah wengi. Hal yang sama dilakukan petani di Jubang. Saya bisa merasakan betapi sulitnya hidup menjadi petani kecil. Harga pupuk mahal, tapi harga gabah murah. Sadonan tidak selalu berhasil, karena kadang air tidak cukup. Kini, sebagai pedagang gabah dan beras, saya makin memahami betapa sulitnya menjadi petani.
Hingga saat ini, saya masih harus ngarit. Luruh suket. Memberi pakan kambing-kambing saya.., sama dengan para peternak yang ada di desa saya. Saya tidak punya rekening bank. Kambing-kambing saya inilah yang menjadi tabungan saya. Saya tahu sulitnya para peternak di Jubang pada musim-musim tertentu dalam mencari pakan ternak.
Alhamdulillah.., saya dikarunia kemudahan dalam bergaul. Saya selama ini bergaul dengan anak-anak muda, sehingga saya bisa menyelami sifat, kemauan dan semangatnya anak-anak muda Desa Jubang. Biarpun badan saya kecil, tapi saya sanggup bermain bola dengan baik. Dengan pengalaman itu, saya mengetahui kemana anak-anak muda harus dibawa.
Saya juga biasa bersilaturahim dengan kalangan orang tua, pinih sepuh desa tokoh agama, mendengarkan wejangan dan bertukar piker dengan beliau-beliau. Pada posisi saya sebagai anggota BPD, saya bersilaturahim dengan banyak kalangan di desa, sehingga saya bisa memahami bagaimana seharusnya Desa Jubang ini ditata dan dibangun baik secara fisik, maupun tata aturan sosial dan peraturan-peraturan desa.
Dengan segala identitas, latar belakang, dan pengalaman yang melekat pada saya tersebut, insya Allah saya bisa memahami kebutuhan masyarakat Desa Jubang baik yang menjadi petani dan peternak, yang merantau di kota-kota, ataupun yang bekerja di luar negeri. Latar belakang ibu saya sebagai pedagang kecil membuat saya memahami apa yang dibutuhkan oleh warga Jubang yang berprofesi sebagai pedagang.
Saya juga insya allah bisa memahami gejolak anak-anak muda yang selalu butuh dukungan, arahan, dan penyaluran semangat pada berbagai bidang, baik keagamaan, lingkungan hidup, olah raga dan perekonomian keluarga dan masyarakat luas.
Dari pengalaman kehidupan itu semua, muncullah niat tulus dari kesadaran kesamaan hak untuk bisa berperan lebih strategis dalam membantu masyarakat desa jubang agar pada masa mendatang bisa lebih baik. Bagi saya, menjadi kepala desa tidaklah untuk mengejar posisi terhormat dan mulia. Kemuliaan hanya milik Allah semata. Bagi saya, menjadi kepala desa adalah cara saya untuk bisa membantu masyarakat keluar dari kesulitan. Menjadi kepala desa bagi saya adalah cara saya untuk bisa lebih mudah dalam membantu masyarakat, meneruskan apa yang selama ini saya telah lakukan dengan tulus. Saya tidak terpesona oleh seragam kepala desa yang megah, namun saya terpesona atas panggilan hati nurani saya, panggilan dari rasa empati saya untuk membantu warga Jubang yang senasib sepenanggungan dengan saya.
Insyaallah, bila Allah meridhoi, saya diberi kesempatan untuk memimpin masyarakat desa Jubang, maka saya akan melakukannya dengan sepenuh hati. Saya akan melakukannya dengan penuh empati. Karena pada dasarnya saya adalah bagian dari masyarakat desa Jubang itu sendiri.
Saya, dengan hati yang tulus, Mohon doa restu, mohon ijin agar proses pilkades bisa berjalan lancar, dan bisa melahirkan Pemimpin desa yang biasa merasakan penderitaan rakyat, pemimpin desa yang rela turun langsung membantu warga desa.
Akhir kata.., Mohon jangan lupa untuk membaca Bismilahirohmanirohiim, seraya berserah diri kepada Allah SWT, sebelum melakukan pencoblosan di ruang tobong. Hanya Allah dan kita sendiri yang tahu siapa pilihan kita. Semoga Bapak, ibu, kang mas, mbak yu, adek, adek semua berketetapan hati untuk memberikan suaranya kepada saya. Amienn…
Wabilahitaufikwalhidaya. Wassalualaikum Warohmatullahiwabarakatuh.
Salam Hormat
MUHAEMIN.
0 komentar:
Posting Komentar